Saturday, 19 October 2013

Arsitektur Lingkungan # - Mencari teknologi ramah lingkungan di dalam pembangunan sebagai upaya penyelamatan lingkungan.

Muhammad Arif Nugroho - 2tb04 - 24312884



1. Biopori


Biopori adalah lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai akitifitas organisma di dalamnya, seperti cacing, , perakaran tanaman, rayap dan fauna tanah laiinya. Lubang-lubang yang terbentuk akan terisi udara, dan akan menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah.

Menunjukkan Foto melalui mikroskop elektron yang menggambarkan dua buah lubang yang terbentuk oleh cacing (pada lingkaran kuning bagian atas) dan lubang yang terbentuk oleh aktifitas akar tanaman (pada lingkaran kuning bagian bawah). Bila lubang-lubang seperti ini dapat dibuat dengan jumlah banyak, maka kemampuan dari sebidang tanah untuk meresapkan air akan diharapkan semakin meningkat. Meningkatnya kemampuan tanah dalam meresapkan air akan memperkecil peluang terjadinya aliran air di permukaan tanah

Atau dengan perkataan lain akan dapat mengurangi bahaya banjir yang mungkin terjadi. Secara alami kondisi seperti itu dapat dijumpai pada lantai hutan dimana serasah atau bahan organik terumpuk di bagian permukaan tanah. Bahan organik ini selanjutnya menjadi bahan pakan (sumber energi) bagi berbagai fauna tanah untuk melakukan aktifitasnya termasuk membentuk biopori. Pada ekosistem lantai hutan yang baik, sebagian besar air hujan yang jatuh dipermukaannya akan diresapkan kedalam tanah. 

Ekosistem demikian dapat ditiru di lokasi lain dengan membuat lubang vertikal kedalam tanah. Lubang-lubang tersebut selanjutnya diisi bahan organik, seperti sampah-sampah organik rumah tangga, potongan rumput atau vegetasi lainnya, dan sejenisnya. Bahan organik ini kelak akan dijadikan sumber energi bagi organisme di dalam tanah sehinga aktifitas mereka akan meningkat. Dengan meningkatnya aktifitas mereka maka akan semakin banyak biopori yang terbentuk. 

Kesinergisan antara lubang vertikal yang dibuat dengan biopori yang terbentuk akan memungkinkan lubang-lubang ini dimanfaatlkan sebagai lubang peresapan air artifisial yang relatif murah dan ramah lingkungan. Lubang resapan ini selanjutnya di beri julukan LUBANG RESAPAN BIOPORI atau disingkat sebagai LRB.

Keunggulan dan manfaat lubang biopori
Lubang resapan biopori adalah teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk mengatasi banjir dengan cara (1) meningkatkan daya resapan air, (2) mengubah sampah organik menjadi kompos dan mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2 dan metan), dan (3) memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman, dan mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air seperti penyakit demam berdarah dan malaria.

Meningkatkan Daya Resapan Air 
Kehadiran lubang resapan biopori secara langsung akan menambah bidang resapan air, setidaknya sebesar luas kolom/dinding lubang.. Sebagai contoh bila lubang dibuat dengan diameter 10 cm dan dalam 100 cm maka luas bidang resapan akan bertambah sebanyak 3140 cm 2 atau hampir 1/3 m 2. Dengan kata lain suatu permukaan tanah berbentuk lingkaran dengan diamater 10 cm, yang semula mempunyai bidang resapan 78.5 cm 2 setelah dibuat lubang resapan biopori dengan kedalaman 100 cm, luas bidang resapannya menjadi 3218 cm 2.

Dengan adanya aktivitas fauna tanah pada lubang resapan maka biopori akan terbentuk dan senantiasa terpelihara keberadaannya. Oleh karena itu bidang resapan ini akan selalu terjaga kemampuannya dalam meresapkan air. Dengan demikian kombinasi antara luas bidang resapan dengan kehadiran biopori secara bersama-sama akan meningkatkan kemampuan dalam meresapkan air.

Mengubah Sampah Organik Menjadi Kompos
Lubang resapan biopori "diaktifkan" dengan memberikan sampah organik kedalamnya. Sampah ini akan dijadikan sebagai sumber energi bagi organisme tanah untuk melakukan kegiatannya melalui proses dekomposisi. Sampah yang telah didekompoisi ini dikenal sebagai kompos.. Dengan melalui proses seperti itu maka lubang resapan biopori selain berfungsi sebagai bidang peresap air juga sekaligus berfungsi sebagai "pabrik" pembuat kompos. Kompos dapat dipanen pada setiap periode tertentu dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik pada berbagai jenis tanaman, seperti tanaman hias, sayuran, dan jenis tanaman lainnya. Bagi mereka yang senang dengan budidaya tanaman/sayuran organik maka kompos dari LRB adalah alternatif yang dapat digunakan sebagai pupuk sayurannya.

Memanfaatkan Fauna Tanah dan atau Akar Tanaman
Seperti disebutkan di atas. Lubang Resapan Biopori diaktikan oleh organisme tanah, khususnya fauna tanah dan perakaran tanaman. Aktivitas merekalah yang selanjutnya akan menciptakan rongga-rongga atau liang-liang di dalam tanah yang akan dijadikan "saluran" air untuk meresap ke dalam tubuh tanah. Dengan memanfaatkan aktivitas mereka maka rongga-rongga atau liang-liang tersebut akan senantiasa terpelihara dan terjaga keberadaannya sehingga kemampuan peresapannya akan tetap terjaga tanpa campur tangan langsung dari manusia untuk pemeliharaannya. Hal ini tentunya akan sangat menghemat tenaga dan biaya. Kewajiban faktor manusia dalam hal ini adalah memberikan pakan kepada mereka berupa sampah organik pada periode tertentu. Sampah organik yang dimasukkan ke dalam lubang akan menjadi humus dan tubuh biota dalam tanah, tidak cepat diemisikan ke atmosfir sebagai gas rumah kaca; berarti mengurangi pemanasan global dan memelihara biodiversitas dalam tanah.

Dengan hadirnya lubang-lubang resapan biopori dapat dicegah adanya genangan air, sehingga berbagai masalah yang diakibatkannya seperti mewabahnya penyakit malaria, demam berdarah dan kaki gajah (filariasis) akan dapat dihindari.
Cara Membuat Lubang Biopori
  1. Buat lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diamter 10 cm. Kedalaman kurang lebih 100 cm atau tidak sampai melampaui muka air tanah bila air tanahnya dangkal. Jarak antar lubang antara 50 - 100 cm
  2. Mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2 - 3 cm dengan tebal 2 cm di sekeliling mulut lubang.
  3. Isi lubang dengan sampah organik yang berasal dari sampah dapur, sisa tanaman, dedaunan, atau pangkasan rumput
  4. Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang yang isinya sudah berkurang dan menyusut akibat proses pelapukan.
  5. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang resapan. 
Alat yang digunakan

Lokasi Pembuatan Lubang Biopori
Jaga lubang resapan selalu penuh teriisi sampah organik. Jika sampah organik belum/tidak cukup maka disumbatkan dibagian mulutnya. Dengan cara seperti ini maka lubang tidak akan berpotensi terisi oleh material lain seperti tanah atau pasir. Selain itu, jika ada jenis sampah yang berpotensi bau dapat diredam dengan sampah kering yang menyumbat mulut lubang resapan biopori. 

Dimana lokasi pembuatan Lubang Resapan Biopori
1. Dihalaman rumah, perkantoran, lapangan parkir
2. Di parit / selokan yang berfungsi hanya untuk aliran pembuangan air hujan saja
3. Dilahan kebun dan areal terbuka lainnya





2. Roof Garden


Roof Garden adalah proses penanaman tanaman yang dilakukan di ruang terbuka dan terdapat di atap yang tidak memerlukan lahan yang luas
Dampak  Positif  Pembuatan Roof  Garden :
1. Mengurangi pemanasan sampai 2 derajat celcius
2. Mengurangi polusi udara
3. Tidak membutuhkan lahan yang luas
Pengembangan taman atap modern (roof garden atau atap hijau) adalah sebuah fenomena yang relatif baru. Roof garden teknologi pertama kali dikembangkan di Jerman pada tahun 1980-an yang kemudian menyebar ke negara-negara Eropa lainnya seperti Swiss, Belanda, Austria Inggris, Italia, Perancis, dan Swedia. Bahkan saat ini, diperkirakan 10% dari semua bangunan di Jerman memiliki taman atap. Selain Jerman, Austria (Linz kota) telah mengembangkan sebuah proyek taman atap sejak tahun 1983, serta Swiss mulai intensif mengembangkan taman atap sejak tahun 1990. 

Di Inggris, London dan Sheffield pemerintah kota bahkan telah membuat kebijakan khusus mengenai pengembangan taman atap. Pengembangan taman atap juga populer di Amerika Serikat meskipun tidak seintensif di Eropa. Di Amerika konsep taman atap pertama kali dikembangkan di Chicago, kemudian menjadi populer di Atlanta, Portland, Washington, dan New York (Wikipedia, 2008). Beberapa negara di Asia seperti Jepang, Korea, Hong Kong, Cina dan Singapura adalah aktivis dalam proyek taman atap.




Keberadaan taman atap, terutama di kota-kota besar (metropolitan) memiliki peran penting serta ruang hijau lainnya. Ancaman terhadap keberadaan ruang hijau akibat pembangunan infrastruktur kota dapat diimbangi atau dikompensasi dengan mengembangkan taman atap.Secara umum, manfaat dari taman atap (roof garden) adalah sebagai berikut (Rooftops Hijau, 2008, Holladay, 2006):

Mengurangi tingkat polusi udara, vegetasi pada taman atap dapat mengubah polutan (toksin) di udara menjadi senyawa berbahaya melalui reoksigenation, taman atap juga berperan dalam menstabilkan jumlah gas rumah kaca (karbon dioksida) di atmosfer kota sehingga untuk menekan efek rumah kaca,    Menurunkan suhu, kehadiran taman atap dapat mengurangi efek radiasi panas dari matahari dan dari dinding tanah (panas efek pulau), konservasi air, taman atap dapat menyimpan sebagian besar air berasal dari air hujan sehingga menyediakan mekanisme evaporasi-transpirasi yang lebih efisien, Mengurangi polusi suara / kebisingan, komposisi vegetasi pada taman atap memiliki potensi yang baik dalam mengurangi kebisingan yang berasal dari luar bangunan (kebisingan dari kendaraan bermotor atau kegiatan industri) Menampilkan keindahan aspek bangunan (estetika), serta fungsi dari taman pada umumnya, taman atap (atap hijau) memberikan aspek pembangunan keindahan yang terlihat lebih hidup, indah, dan nyaman, meningkatkan keanekaragaman hayati keragaman kota, taman atap dapat berfungsi sebagai penghubung bagi gerakan serta organisme habitat (satwa) antara ruang hijau di daerah perkotaan.

Berdasarkan jumlah biaya (maintenance) yang dibutuhkan, kedalaman tanah (media tanam), dan jenis tanaman yang digunakan, roof garden ini dibagi menjadi tiga macam, yaitu (The Site.org Lingkungan, 2006):

Roof garden ekstensif (Green Roof luas), jenis biaya roof garden pemeliharaan cukup rendah, media tanam (tanah) dangkal, dan tanaman yang digunakan adalah tanaman hias ringan.Roof garden memiliki skala yang bangunan ringan dan sempit yang banyak digunakan di rumah yang tidak terlalu luas seperti garasi, atap, teras, atau dinding. 

Roof garden ekstensif Semi (Semi-Extensive Green Roof), taman atap memiliki kedalaman media tanam (tanah) lebih dari sebuah taman atap yang luas, dapat menampung sejumlah besar tanaman dan lebih dekoratif. Taman atap membutuhkan struktur yang lebih kuat dan berat. 

Roof Garden Intensif (Intensive Green Roof), taman atap memiliki ukuran luas dari struktur yang besar dan kuat, mampu menampung berbagai jenis tanaman kecil dan besar (pohon).Taman atap jenis ini banyak digunakan pada bangunan besar (pencakar langit) dan dapat digunakan sebagai sarana rekreasi.

Taman atap juga memiliki banyak keuntungan banyak. Manfaat Manfaat atap taman meliputi: 
1. Keuntungan EKologi
  • Dapat menciptakan iklim mikro yang sejuk .
  • Mengundang hewan - hewan seperti burung dan unggas lainnya .
  • Melestarikan tanaman lain .
  • Mengurangi polusi udara.
2. Keuntungan Teknis
  • Sebagai penghambat laju air hujan .
  • sebagai pelindung atas atap, sehingga beton menjadi lebih tahan lama .
  • dapat mengurangi kebisingan perkotaan.
3. Keuntungan bagi pemilik bangunan
  • Atap bangunan lebih tahan lama sehingga biaya perawatan lebih hemat. 
  • Menambah ruang baru yang akan digunakan. 
  • dan tentu saja dapat meningkatkan daya jual bangunan tersebut.

Di daerah perkotaan sebagian besar ruang penuh dengan bangunan besar (pencakar langit), memiliki potensi besar untuk dikembangkan taman atap (roof garden). Aplikasi taman atap sekarang tersebar luas, tidak terbatas pada gedung-gedung pencakar langit, tetapi dapat dikembangkan dalam pembangunan rumah sekalipun. Aplikasi taman atap dapat dilakukan di daerah perkotaan (daerah perkotaan), yaitu di gedung perkantoran, mal, hotel, apartemen, atau flat, daerah atau kompleks perumahan (perumahan), di daerah industri seperti pabrik, dan di tempat-tempat lain seperti taman hiburan (rekreasi), museum, sekolah, universitas, rumah sakit, bandara, stasiun, perpustakaan, dan sebagainya (Rooftops Hijau, 2008).

Beberapa contoh bangunan yang dilengkapi dengan taman atap termasuk ACROS membangun (Crossroads Asia Selama Laut) di kota Fukuoka, Jepang, Namba Park di Osaka, Jepang, Balai Kota Chicago, Amerika Serikat, Ballard Perpustakaan di Seattle, Amerika Serikat; Mount Elizabeth Rumah Sakit, Singapura, Horniman Museum dan Canary Wharf di Londond, Inggris, museum L'Historial de la Vendée, Perancis, dan Golden Gate Park di San Francisco, USA.




3. Rumah kaca


Rumah kaca(rumah hijau) adalah sebuah bangunan di mana tanaman dibudidayakan. Sebuah rumah kaca terbuat dari gelas atau plastic. Dia menjadi panas karena radiasi elektromagnetik yang datang dari matahari memanaskan tumbuhan, tanah, dan barang lainnya di dalam bangunan ini.
Kaca yang digunakan untuk rumah kerja bekerja sebagai medium transmisi yang dapat memilih frekuensi spektral yang berbeda-beda, dan efeknya adalah untuk menangkap energi di dalam rumah kaca, yang memanaskan tumbuhan dan tanah di dalamnya yang juga memanaskan udara dekat tanah dan udara ini dicegah naik ke atas dan mengalir keluar. Oleh karena itu rumah kaca bekerja dengan menangkap radiasi elektromagnetik dan mencegah konveksi Dihat rumah kaca surya (teknikal) untuk diskusi teknikal bagaimana rumah kaca surya bekerja.
Rumah kaca sering kali digunakan untuk mengembangkan bunga, buah dan tanaman tembakau. Lebah bumble adalah polinator pilihan untuk banyak polinasi rumah kaca, meskipun tipe lebah lain juga digunakan, dan juga polinasi buatan.Selain tembakau, banyak sayuran dan bunga juga dikembangkan di rumah kaca pada akhir musim dingin atau awal musim semi, yang kemudian dipindahkan ke luar begitu cuaca menjadi hangat.
Ruangan yang tertutup dari rumah kaca mempunyai kebutuhan yang unik, dibandingkan dengan produksi luar ruangan. Hama dan penyakit, dan panas tinggi dan kelembaban, harus dikontrol, dan irigasi dibutuhkan untuk menyediakan air.

Sebuah rumah hijau di Saint Paul, Minnesota
Kaca yang digunakan untuk rumah kerja bekerja sebagai medium transmisi yang dapat memilih frekuensi spektral yang berbeda-beda, dan efeknya adalah untuk menangkap energi di dalam rumah kaca, yang memanaskan tumbuhan dan tanah di dalamnya yang juga memanaskan udara dekat tanah dan udara ini dicegah naik ke atas dan mengalir keluar. Oleh karena itu rumah kaca bekerja dengan menangkap radiasi elektromagnetik dan mencegahkonveksi.
Rumah kaca sering kali digunakan untuk mengembangkan bungabuah dan tanaman tembakauLebah dari genus Bombus adalah polinator pilihan untuk banyak polinasi rumah kaca, meskipun tipe lebah lain juga digunakan, dan juga polinasi buatan.


Tanaman tembakau di dalam rumah tanaman sedang dipangkas, di Hemingway, South Carolina
Banyak sayuran dan bunga yang dikembangkan di rumah kaca pada akhir musim dingin atau awal musim semi, yang kemudian dipindahkan ke luar begitu cuaca menjadi hangat.
Ruangan yang tertutup dari rumah kaca mempunyai kebutuhan yang unik, dibandingkan dengan produksi luar ruangan. Hama dan penyakit, dan panas tinggi dan kelembaban, harus dikontrol, dan irigasi dibutuhkan untuk menyediakan air.
Rumah kaca menjadi penting dalam penyediaan makanan di negara garis lintang tinggi. Kompleks rumah kaca terbesar di dunia terletak di Leamington, Ontario(dekat tempat paling selatan Kanada) di mana sekitar 200 "acre" (0.8 km²) tomat dikembangkan dalam gelas.
Rumah kaca melindungi tanaman dari panas dan dingin yang berlebihan, melindungi tanaman dari badai debu dan "blizzard", dan menolong mencegah hama. Pengontrolan cahaya dan suhu dapat mengubah tanah tak subur menjadi subur. Rumah kaca dapat memberikan suatu negara persediaan bahan makanan, di mana tanaman tak dapat tumbuh karena keganasan lingkungan. Hidroponik dapat digunakan dalam rumah kaca untuk menggunakan ruang secara efektif.




4. Low E-Glass & Adjustable Solar Panels





Low E-Glass untuk kaca jendelanya yang akan menyerap panas sehingga ruangan tidak akan terlalu panas dan berarti penggunaan AC juga bisa dihemat.

Adjustable Solar Panels yang memungkinkan panel surya yang ada dapat menyerap sinar matahari secara optimal karena panelnya yang dapat bergerak sesuai dengan pergerakan arah sinar matahari.





Rain Harversting yang memanfaatkan air hujan dengan cara menampungnya dan digunakan kembali untuk kebutuhan sehari-hari seperti menyiram tanaman sampai untuk toilet.

Storage Heating adalah penyimpanan sumber panas yang nantinya akan digunakan untuk menghangatkan ruangan pada saat musim tiba sehingga penggunaan mesin penghangat ruangan (heater) dapat dikurangi.

Penggunaan bahan Photocatalytic pada permukaan dinding bagian luar yang akan mengkonversi organik yang berbahaya menjadi tidak berbahaya.




5. KPP Jalan dan Jembatan yang Ramah Lingkungan.

Bertujuan menyediakan teknologi jalan dan jembatan ramah lingkungan yang meningkatkan kehandalan infrastruktur PU untuk meningkatkan kualitas hidup, dan meningkatkan daya saing serta pertumbuhan ekonomi nasional.
Sasaran penelitian ini, meliputi: (1) Tersedianya teknologi perkerasaan lentur dan kaku yang rendah energi dan rendah emisi, (2) Tersedianya teknologi pereduksi polusi udara, (3) Tersedianya teknologi pereduksi kebisingan, (4) Tersedianya teknologi pemanfaatan bahan lokal, bahan setempat dan limbah B3 serta adiktif yang ramah lingkungan, (5) Tersedianya teknologi pengendalian erosi dan longsor yang ramah lingkungan, (6) Tersedianya teknologi pengendalian genangan dan evaluasi pengaruh infrastruktur terhadap efek rumah kaca, (7) Teknologi yang dihasilkan merupakan produk penelitian dan pengembangan yang tidak menanggalkan metode yang sudah ada, dan (8) Tersedianya acuan harga satuan PLH dan data base lingkungan jalan.
Keluaran akhir penelitian, meliputi: pengembangan model prediksi polusi udara dan kebisingan, pengembangan metode pengendalian/reduksi polusi udara dan kebisingan, pedoman pengelolaan lingkungan hidup (PLH) pemanfaatan limbah B3,bahan lokal dan additive untuk bidang jalan dan jembatan, metoda MRV untuk bidang infrastruktur jalan, pengembangan teknologi sistem drainase, inventarisasi data aspek lingkungan dari teknologi bidang jalan dalam mendorong terwujudnya teknologi bidang jalan yang ramah lingkungan, pengembangan teknologi pengendalian erosi dengan metode vegetasi (vetiver), Data base aspek lingkungan bidang jalan, metode perhitungan harga satuan PLH bidang jalan, dan metode audit pelaksanaan PLH bidang jalan.
Seiring dengan perubahan orientasi dan paradigma pembangunan, maka disusun berbagai pedoman yang dilandasi oleh naskah ilmiah dalam mengembangkan teknologi jalan yang ramah lingkungan. Dalam tahun 2011, sebagian besar pekerjaan di dalam program penelitian ini mampu menyusun buku naskah ilmiah karakteristik  perubahan iklim terhadap resiko kerusakan infrastruktur jalan, rumusan upaya adaptasi atau rekomendasi kebijakan dan perumusan rencana pengelolaan lingkungan hidup, kajian lingkungan hidup pemanfaatan limbah B3: sludge oil, slag bijih baja pedoman pengelolaan lingkungan hidup pemanfaatan limbah industri, pemanfaatan bahan lokal dan adiditive: batu karang dan pasir laut, teknologi foto katalis TIO2 pereduksi polusi udara NOx dan SOx untuk konstruksi pejalan kaki sekitar ruas jalan spesifikasi teknologi TIO2 dalam mereduksi NOx dan Sox, dan teknologi pelaksanaan daur ulang perkerasan.
Pedoman yang dihasilkan antara lain Pedoman pengelolaan lingkungan hidup pemanfaatan bahan lokal dan Pedoman OLH untuk pelaksanaan daur ulang bidang jalan, selain model fisik skala kecil vetiver sistem spesifikasi rumput vetiver.



No comments:

Post a Comment